You are here:Home » Penyakit » Infeksi Nosokomial dan kiat-kiat pencegahannya

Infeksi Nosokomial dan kiat-kiat pencegahannya


Apa itu Infeksi nosokomial?
Infeksi nosokomial atau infeksi yang diperoleh dari rumah sakit adalah infeksi yang tidak diderita pasien saat masuk ke rumah sakit melainkan setelah ± 72 jam berada di tempat tersebut (Karen Adams & Janet M. Corrigan, 2003). Infeksi ini terjadi bila toksin atau agen penginfeksi menyebabkan infeksi lokal atau sistemik (Karen Adams & Janet M. Corrigan, 2003). Contoh penyebab terjadinya infeksi nosokomial adalah apabila dokter atau suster merawat seorang pasien yang menderita infeksi karena mikroorganisme patogen tertentu kemudian mikroorganisme dapat ditularkan ketika terjadi kontak (Steven Jonas, Raymond L. Goldsteen, Karen Goldsteen, 2007).

Bagaimakan kriteria infeksi nosokomial itu?
Infeksi yang di dapat dari rumah sakit akan dikatakan sebagai infeksi nosokomial “Hospital acquired infection” apabila memenuhi batasan/kriteria sebagai berikut:
1.            Apabila padawaktu dirawat di RS, tidak dijumpai tanda-tanda klinik infeksi tersebut.
2.            Pada waktu penderita mulai dirawat tidak dalam masa inkubasi dari infeksi tersebut.
3.            Tanda-tanda infeksi baru timbul sekurang-kurangnya 3 x 24 jam sejak mulai dirawat.
4.            Infeksi bukan merupakan sisa (residual) dari infeksi sebelumnya.
5.            Bila pada saat mulai dirawat di RS sudah ada tanda-tanda infeksi, tetapi terbukti bahwa infeksi di dapat penderita pada waktu perawatan sebelumnya dan belum pernah dilaporkan sebagai indeksi nosokomial.

Apa hal yang dapat dilakukan untuk meminimalisir infeksi nosokomial?
Infeksi pada dasarnya adalah masalah kesehatan yang timbul pada tubuh dan disebabkan oleh agen penyebab infeksi. Hal-hal yang dilakukan untuk meminimalisir pada initinya adalah upaya untuk menghindarkan tubuh dari antigen tersebut. Beberapa kiat-kiatnya adalah sebagai beriku:
1.            Mencuci tangan
Umumnya setiap ruangan di rumah sakit dilengkapi dengan fasilitas mencuci tangan. Fasilitas tersebut dapat berupa westafel maupun cairan desinfektan yang ditaruh pada salah satu sisi dinding. Upayakan untuk mencuci tangan anda sebelum dan sesudah keluar dari ruangan perawatan.
Pada tenaga kesehatan juga dikenal istilah 5 momen cuci tangan, yakni:
- Sebelum kontak dengan pasien,
- Sebelum tindakan aseptik,
- Setelah terkena cairan tubuh pasien,
- Setelah kontak dengan pasien,
- Setelah kontak dengan linkungan di sekitar pasien

2.            Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri)
Penggunaan APD merupakan upaya dari tenaga medis untuk menghindarkan diri dari infeksi, baik melindungi diri sendiri dari paparan infeksi maupun menghindarkan orang sehat dari infeksi akibat kontak dengan tenaga medis yang telah melakukan kontak dengan agen infeksi. Hal ini umumnya disebut sebagai universal precaution.
Komponen utama dari kiat-kiat ini tidak lepas dari alat perlindungan berupa masker mulut, sarung tangan, baju pelindung atau sarung tangan, topi, atau bahkan kacamata khusus.

3.            Melakukan suntik vaksin
Suntik vaksin adalah salah satu hal penting untuk meningkatkan kekebalan tubuh. Umumnya setiap orang telah mendapatkan hal ini pada program pemerintah tentang imunisasi.
Vaksin yang biasa dilakukan untuk tenaga kesehatan umumnya adalah hepatitis B. vaksin ini biasa dilakukan sebelum seorang tenaga kesehatan menjalankan tugasnya di rumah sakit. Tidak hanya tenaga kesehatan professional, para praktikan yang sedang menempuh studi biasanya juga akan melakukan vaksin ini sebelum melakukan dinas atau orientasi praktik klinik.

4.            Mengkonsumsi suplemen
Infeksi timbul setelah agen infeksi melakukan infasi ke tubuh. Berhasi atau tidaknya infasi ini ditentukan oleh kekebalan (daya tahan) tubuh selama masa inkubasi. Vitamin C atau multivitamin sangat baik dikonsumsi untuk menjaga daya tahan tubuh anda agar tidak mudah terserang infeksi. Terutama jika anda sedang menjalani aktivitas yang berkaitan dengan pasien-pasien infeksi di rumah sakit.

5.            Pemakaian toilet rumah sakit.
Upayakan untuk seminimal mungkin memakai toilet rumah sakit yang telah dipergunakan oleh para pasien yang sedang menjalani perawatan intensif. Terutama pada pagi hari sebelum fasilitas ini mendapat tindakan pembersihan oleh petugas.

6.            Limbah Medis
Pembuangan limbah di rumah sakit akan dibedakan antara limbah medis, non medis, dan limbah tajam dan kaca (sisa/bekas alat medis). Sangat penting untuk mematuhi ha ini karena menyangkut bagaimana tindak lanjut pengolahan limbahnya yang akan diperlakukan secara berbeda.




Well, beberapa hal di atas pada dasarnya adalah upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran infeksi nosokomial. Di luar itu masih banyak hal-hal lain yang menjadi faktor penyebab infeksi ini.
Jelasnya semua pihak baik tenaga kesehatan, pasien, maupun pihak-pihak lain yang berinteriraksi dengan rumah sakit memiliki andil dalam penyebaran infeksi ini. Sebaliknya, setiap orang tersebut juga dapat meminimalisir pencegahan infeksi ini, dengan pengetahuan dan sikap yang bijak terhadap diri sendiri maupun semua hal disekitarnya ketika berada di rumah sakit.

Semoga Bermanfaat.






Daftar Pustaka
Committee on Identifying Priority Areas for Quality Improvement, Karen Adams, Janet M. Corrigan (2003). Priority Areas for National Action: Transforming Health Care Quality. National Academies Press.

Steven Jonas, Raymond L. Goldsteen, Karen Goldsteen (2007). Introduction to the US health care system. Springer Publishing Company.

0 komentar:

Posting Komentar